Menavigasi Masa Depan Social Investment Indonesia 2023 – 2025
Oleh: Jalal
Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia
Setiap organisasi memiliki tujuan mulia atau purpose tertentu yang diwujudkan lewat kebijakan, strategi dan implementasinya. Demikian juga dengan Social Investment Indonesia (SII) yang memiliki tujuan untuk berkontribusi untuk mencapai keberlanjutan setiap kliennya melalui pendekatan investasi sosial, atau secara lebih luas, CSR strategis. Namun demikian, untuk bisa merencanakan dan mengeksekusi strategi bisnisnya, beragam perkembangan kontekstual yang sedang dan akan terus terjadi di Indonesia sangat perlu diperhatikan. Tulisan ini meringkas kecenderungan-kecenderungan dalam jangka menengah dan panjang yang penting diperhatikan SII agar sintas dan semakin berkembang di masa mendatang.
*****
Investasi Sosial
Investasi Sosial – Paradigma investasi sosial belum juga menjadi yang dominan dalam pengembangan masyarakat perusahaan hingga sekarang. Kerja keras masih dibutuhkan untuk memerkenalkan, memopularkan, dan mengimplementasikannya di dalam perusahaan. Hal ini hanya mungkin apabila CSR strategis bisa diterima secara lebih luas. Sehingga, upaya penekanannya secara terus-menerus perlu dilakukan oleh SII lewat beragam cara. Tantangan terbesarnya adalah ‘tahun politik’ 2023-2024 di mana perusahaan kemungkinan menjadi sangat pragmatis dan memanfaatkan ‘CSR’ untuk kepentingan mendapatkan perhatian elit politik secara pasif maupun aktif. SII, karenanya, perlu menegaskan apa yang perlu dilakukan perusahaan dalam investasi sosialnya di dalam konteks tahun politik.
Inovasi Sosial
Inovasi Sosial – Kebaruan dan kinerja yang lebih baik dalam program dan projek pengembangan masyarakat sebetulnya selalu menjadi kebutuhan perusahaan. Namun, karena tantangan ‘tahun politik’, maka kemungkinan besar yang akan terjadi adalah penurunan kebutuhan atas inovasi sosial yang sesungguhnya. SII bisa menjawab tantangan ini dengan menekankan pada monev dan publikasi inovasi-inovasi sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan selama ini. Mereka membutuhkan validasi bahwa yang mereka telah lakukan itu adalah benar-benar inovatif. Selain itu, SII tetap bisa menawarkan beragam inovasi sosial yang rasio manfaat/biaya yang tinggi, terutama penekanan pada biaya yang murah vs manfaat yang besar.
Disiplin Pengukuran Dampak
Disiplin Pengukuran Dampak – Hal yang membuat investasi sosial dan inovasi sosial di Indonesia tak pernah benar-benar melejit adalah rendahnya disiplin pengukuran dampak. CSR reaktif, pemahaman yang rendah atas makna CSR, regulasi yang menekankan pada anggaran, tak tersedianya anggaran untuk monev, dan rendahnya tuntutan pemangku kepentingan atas pembuktian dampak, telah berkotribusi pada kondisi tersebut. SII sangat perlu mengambil peran dalam meretas berbagai hambatan tersebut. Menunjukkan contoh-contoh baik dari pengukuran dampak sosial perusahaan adalah cara terbaik, namun juga perlu perbandingan diametrikal dengan kasus perusahaan yang tak melakukan pengukuran dampak juga diperlukan. Di tataran kebijakan, kemungkinan perbaikan agaknya rendah, namun tetap patut dicoba dengan mencolek pejabat tertentu.
Social Return on Investment
Social Return on Investment – SROI secara mendadak menjadi sangat popular, terutama gegara regulasi tentang PROPER dari KLHK. Namun, dengan kondisi ‘mendadak SROI’ itu maka dampak buruknya sangat nyata. Kapabilitas yang rendah dan integritas yang rendah dari konsultan maupun perusahaan telah membuat tawar menawar skor menjadi moral hazard dan kelaziman yang menjijikkan sejak tahun lampau. Sebagai salah satu organisasi pelopor SROI di Indonesia, SII tak boleh berdiam diri. Dengan atau tanpa menyebut pihak yang terlibat, contoh-contoh kekacauan penggunaan SROI perlu disampaikan kepada publik, ditunjukkan dampak negatifnya, dan disampaikan tindakan korektif yang diperlukan, terutama untuk mengembalikan marwah SROI, dan mencegah kerusakan yang lebih parah. Untuk keperluan ini juga, SII bersama SVID perlu menjadi kekuatan dominan di Indonesia untuk menyebarluaskan prinsip dan metode SROI yang benar.
(Social) Net Positive
(Social) Net Positive – Net Positive adalah konsep yang datang dari paradigma regenerasi, dan dipopularkan oleh Polman dan Winston dalam buku mereka yang mutakhir, Net Positive: How Courages Companies Thrive by Giving More Than They Take. Agar dunia menjadi memadai untuk ditinggali oleh penduduk yang lebih banyak, tentu tidak masuk akal untuk meninggalkan warisan yang sama saja (net zero) apalagi lebih sedikit jumlah sumberdayanya. Kita perlu mengupayakan dunia yang lebih baik dalam setiap jenis kapital, dan itu termasuk human dan social capital. SII sangat perlu untuk mengelaborasi konsep ini, terutama di dalam dua jenis kapital itu, serta kaitannya dengan ketersediaan kapital-kapital lainnya. Ini artinya, di dalam setiap projek apapun yang dilakukan oleh SII, strategi, eksekusi, dan evaluasinya ditujukan untuk membuktikan kondisi (social) net positive. SII juga perlu memasarkan gagasan ini secara massif lewat beragam saluran, termasuk acara2 SIRD dan ISIF mendatang.
Penapisan Investasi Berbasis ESG
Penapisan Investasi Berbasis ESG – Walaupun ESG di level global sudah hampir berusia 2 dekade, namun demam ESG di Indonesia agaknya dimulai dari pemberlakukan POJK 51/2017 di awal tahun 2019. Sepanjang 2019 dan 2020 lembaga-lembaga jasa keuangan cenderung tidak melakukan apapun yang eksternal, namun pada 2021 dan 2022 terlihat produk-produk ESG diproduksi dan dipasarkan. Tak ada kemungkinan hal ini surut, hingga nanti analisis ESG menjadi kenormalan baru dalam penapisan investasi. SII bisa mendapatkan banyak peluang bila memanfaatkannya untuk masuk ke berbagai lembaga jasa keuangan, terutama bank dan investor, dengan menunjukkan kemampuan untuk menganalisa risiko dan peluang investasi berbasiskan ESG.
Integrasi ESG ke dalam Operasi Perusahaan
Integrasi ESG ke dalam Operasi Perusahaan – Dari sisi perusahaan sasaran investasi, tantangan dan peluang terbesar dari ESG adalah dari integrasinya ke dalam operasi perusahaan. Ketika investasi telah diputuskan oleh (sindikasi) lembaga jasa keuangan tertentu, pendekatan integrasi ESG akan diterapkan sepanjang investasi tersebut. Apa yang dahulunya hanya terbatas pada projek-projek yang dibiayai WB dan IFC, di masa mendatang akan menjadi kelumrahan di semua lembaga jasa keuangan. Ragam ‘pekerjaan rumah’ dalam ranah S biasanya adalah yang terbanyak. SII perlu membangun kapabilitas untuk menunjukkan bahwa isu-isu S material yang dihadapi perusahaan sangatlah bisa ditingkatkan kinerjanya dengan bantuan SII. Ini juga termasuk memastikan kehandalan dan kebenaran data sosial yang ditampilkan oleh perusahaan, lantaran ditegakkannya (social) data stewardship. Dengan demikian, SII sangat perlu segera masuk ke dalam digitalisasi data yang menjadi tulang punggung data stewardship ini.
Investasi Berdampak
Investasi Berdampak – Kalau investasi sosial merupakan ‘pinggiran’ dari bisnis inti di industri/perusahaan yang menjadi sasaran investasi, investasi berdampak (impact investment) adalah bisnis inti bagi industri/perusahaan di jasa keuangan yang ingin menekankan pada dampak lingkungan dan sosial positif dari investasinya—terlepas apakah keuntungan yang diperoleh itu lebih rendah, sama saja, atau lebih tinggi daripada rerata pasar. Investor yang memilih demikian memerlukan jasa untuk merencanakan, mengeksekusi dan mengevaluasi dampak dari investasinya, dan SII sangat mampu untuk membantu para impact investor untuk melakukannya. Tentu, ini membutuhkan pendekatan terhadap ceruk pasar yang sekarang masih belum menjadi arus utama ini. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan meningkatnya beragam tantangan keberlanjutan, tanda-tanda bahwa investasi berdampak ini akan melejit di Indonesia sangatlah jelas.
Transisi yang Adil
Transisi yang Adil – Transisi energi adalah sebuah keniscayaan. Untuk bisa selamat dari krisis iklim, umat manusia harus ke luar dari kecanduan energi fosil, dan beralih ke energi terbarukan. Namun demikian, agar transisi ini bisa berjalan tanpa mengguncang tatanan yang ada dengan keras, maka perlu dipastikan pengelolaan dampaknya yang optimal untuk pekerja, masyarakat, dan pemerintah daerah yang terkena dampak pergeseran sumber energi tersebut. Masa pembangkit listrik tenaga batubara, dan pertambangan batubara, yang lebih pendek meniscayakan persiapan pengelolaan sosial yang lebih cepat dan massif agar dampak negatifnya bisa ditekan, dan dampak positifnya bisa dimaksimalkan. Di sisi lain, pengelolaan sosial pada pertambangan mineral yang penting untuk transisi energi, terutama nikel dan tembaga, juga membutuhkan perhatian yang ekstra. SII yang selama ini telah banyak membantu perusahaan pertambangan dan migas perlu memastikan perspektif transisi yang adil (just transition) ini melekat dalam setiap jasa kepada klien pertambangan, energi, dan utilisasi.
Nature-based Solutions
Nature-based Solutions – Dengan kebutuhan untuk merestorasi dan meregenerasi lingkungan untuk selamat dari krisis iklim, sangat jelas bahwa Nature-based Solutions (NbS) adalah salah satu bisnis yang bakal berkembang pesat di Indonesia. Dengan 33 juta hektare lahan terdegradasi dan kritis, sesungguhnya Indonesia bisa menjadi raksasa NbS. Sama dengan Just Transition, NbS membutuhkan pengelolaan sosial yang canggih agar dampak positif untuk masyarakat dan pekerja bisa dioptimalkan. SII bisa dan perlu membangun jasa yang terkait dengan bisnis-bisnis NbS. Hal ini akan bisa meningkatkan peluang keberhasilan projek-projek NbS yang selama ini di Indonesia terkesan dirancang secara memadai pada aspek teknis dan budidayanya saja. Pengalaman SII di DAS Rejoso perlu diamplifikasi dan dimanfaatkan untuk memastikan partisipasi yang lebih tinggi pada projek-projek NbS ini.
Kapitalisme Pemangku Kepentingan
Kapitalisme Pemangku Kepentingan – Secara intelektual perdebatan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan antara shareholder value maximisation versus stakeholder value optimization hampir, kalau bukan sudah, selesai. Perusahaan-perusahaan juga sudah menyatakan memeluknya. Tetapi, implementasinya jelas masih berantakan, apalagi di Indonesia. Alih-alih sekadar melontarkan tuduhan bahwa perusahaan memang cenderung munafik, seperti banyak pakar, SII perlu terus menerus menekankan agar perusahaan memelajarinya dengan saksama sehingga benar-benar bisa menegakkannya. SII, lewat berbagai saluran, perlu menegaskan bahwa pendekatan ini adalah posisi ideologis/pengetahuan minimal yang harus diambil perusahaan yang ingin mewujudkan keberlanjutan. Dalam membantu klien, pendekatan ini juga yang penting ditegakkan oleh SII, sehingga dalam setiap rekomendasi yang diberikan tertuang manfaat untuk majoritas, kalau bukan seluruh, pemangku kepentingan.
Bisnis Sosial, Purpose-driven Business, dan B Corp
Bisnis Sosial, Purpose-driven Business, dan B Corp – Di antara beragam pendekatan untuk mewujudkan Kapitalisme Pemangku Kepentingan, bisnis sosial, purpose-driven business, dan/atau mereka yang mengupayakan sertifikasi B Corp adalah yang dominan. Klien-klien SII yang selama ini cenderung adalah perusahaan komersial agaknya perlu diimbangi dengan upaya sengaja untuk memilih bentuk-bentuk bisnis yang progresif itu. Jumlah perusahaan-perusahaan itu cukup banyak, namun biasanya berukuran kecil atau menengah. Tetapi, demi konsistensi perjuangan, SII sangat perlu untuk mengasosiasikan dirinya dengan mereka yang progresif itu, bahkan mungkin perlu menyatakan dirinya mengikuti salah satu model itu. Tentu, hal ini tidak dilakukan SII dengan meninggalkan perusahaan-perusahaan komersial, melainkan membantu mereka melihat kebaikan dan manfaat untuk masuk ke dalam model-model bisnis progresif tersebut, termasuk dengan menjadi penghubung kemitraan di antara perusahaan komersial dan sosial.
System Value
System Value – Bila kita sungguh-sungguh dalam perjuangan mencapai keberlanjutan, kiranya tak ada jalan paling progresif di luar system value. Bahkan Elkington sendiri telah mengubah teori yang membuat namanya menjulang di kancah keberlanjutan perusahaan. Konsekuensi untuk SII sangat jelas: memindahkan aspek sosial (dan lingkungan) yang tadinya berada pada pinggiran bisnis inti, menjadi lingkup seluruh bisnis inti dan/atau model bisnis yang benar-benar menghasilkan keuntungan dari penyelesaian problem yang dihadapi masyarakat dan lingkungan, dan bukan mendapatkan keuntungan yang membawa mudarat kepada keduanya. Di satu sisi, hal ini perlu menjadi panduan SII dalam setiap rekomendasi yang diajukan pada klien, terutama klien-klien yang paling progresif. Di sisi lain, SII juga wajib menjadi bisnis yang demikian, dengan bukti-bukti yang handal, dan sedapat mungkin juga bersifat kualitatif bahkan monetisasi.
*****
Demikian beragam kecenderungan yang agaknya relevan dengan eksistensi dan bisnis SII ke depannya. Dalam waktu dekat, terutama di tahun 2023 dan 2024, Indonesia akan menyaksikan hingar bingar tahun politik, yang dipastikan akan banyak memengaruhi bagaimana perusahaan beroperasi dan menavigasi keberlanjutannya. Tetapi, itu adalah pengalih perhatian yang sementara saja. Dalam jangka menengah dan panjang seluruh perusahaan perlu mengarahkan dirinya kepada keberlanjutan, atau menghadapi risiko tidak lagi mendapatkan mandat sosial maupun legal untuk beroperasi. SII ada di arah yang benar, dan kecenderungan-kecenderungan di atas adalah jalan besar, sedang, dan kecil yang perlu ditempuh untuk sampai ke tujuan. Kendaraan yang baik, dengan pengemudi, navigator, dan mekanik yang handal, serta para penumpang setujuan yang suportif akan membuat perjalanan menjadi bermakna dan menyenangkan.
Denpasar, 18 Desember 2022 – Depok 20 Desember 2022