Oleh:
Jalal – Chairperson of Advisory Board
Social Investment Indonesia
Kita hidup dalam era Antroposen, suatu periode di mana aktivitas manusia telah menjadi kekuatan geologis dominan yang mengancam stabilitas sistem pendukung kehidupan planet. Tuntutan tak henti akan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB)—ukuran ‘kesejahteraan’ yang sesungguhnya tak memadai bahkan menyesatkan—telah menyebabkan krisis ekologi dan keruntuhan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Secara global, majoritas penduduk Bumi masih mengalami kekurangan kebutuhan dasar, sementara di tahun 2025 ini kita juga telah melampaui tujuh dari sembilan batasan planetari yang penting untuk menjaga stabilitas dan ketahanan Bumi.

Di tengah kegagalan model ekonomi konvensional—yang sering kali mereduksi masalah ekologi menjadi “eksternalitas” yang dapat diabaikan atau diselesaikan melalui pertumbuhan di masa depan—muncul suatu kerangka berpikir yang menawarkan kompas baru untuk abad ke-21: Ekonomi Donat (Doughnut Economics). Kerangka ini, yang dirancang oleh Kate Raworth, bertujuan untuk memandu seluruh penghuni Bumi, termasuk dunia usaha, menuju apa yang dia sebut sebagai Ruang Aman dan Adil (Safe and Just Space atau SJS) bagi umat manusia.
Tetapi kebanyakan orang, setidaknya yang saya dengar di dalam berbagai percakapan, agaknya masih melihat bahwa Ekonomi Donat adalah kerangka untuk melihat kondisi global. Walaupun sudah ada upaya untuk menerapkannya di level negara, provinsi—termasuk beberapa di Indonesia—maupun kota, namun hal tersebut agaknya masih perlu dikomunikasikan secara lebih massif. Demikian juga, terdapat anggapan bahwa Ekonomi Donat hanyalah alat analisis, bukan kerangka yang benar-benar di bisa diterapkan. Ketika saya menyatakan bahwa Ekonomi Donat bisa dijadikan sebagai kerangka kerja untuk memandu pencapaian tujuan keberlanjutan—bahkan oleh perusahaan—banyak alis yang terangkat.
Padahal, perusahaan yang beroperasi di pasar global saat ini akan mendapatkan manfaat luar biasa jika mengadopsi Ekonomi Donat, bukan hanya sebagai alat branding atau kepatuhan, melainkan sebagai panduan mendalam untuk transformasi model bisnis. Model ekonomi lama yang berakar pada perolehan keuntungan dan dividen maksimum bagi pemegang saham cenderung merusak sumberdaya alam dan memerparah ketimpangan sosial, sehingga mendorong umat manusia dan lingkungan keluar dari keseimbangan. Kebanyakan inisiatif keberlanjutan perusahaan yang ada saat ini masih berada dalam ranah weak sustainability, di mana modal alam dianggap dapat digantikan oleh modal buatan manusia, terutama modal finansial. Akibatnya, sebetulnya apa yang dinyatakan sebagai keberlanjutan perusahaan hanyalah kumpulan upaya menunda keruntuhan ekologis.
Ekonomi Donat, sebaliknya, mendasarkan diri pada strong sustainability, yang mengakui sesungguhnya batasan ekologis tidaklah dapat disubstitusi dan menuntut pencapaian tujuan sosial dan ekologis secara simultan. Dengan berfokus pada dinamika regeneratif dan distributif sejak awal desain, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya mengurangi dampak negatif tetapi juga benar-benar meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif. Ini adalah perubahan model mental mendasar yang sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan.
Untuk bertransisi ke masa depan di mana perusahaan berkontribusi pada pada SJS, transformasi harus terjadi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada desain mendalam (deep design) bisnis itu sendiri. Doughnut Economics Action Lab (DEAL) telah mengidentifikasi lima lapisan desain mendalam yang perlu diubah: Tujuan (Purpose), Jejaring (Networks), Tata Kelola (Governance), Kepemilikan (Ownership), dan Keuangan (Finance). Penggunaan kerangka ini—yang idealnya dipandu melalui lokakarya Doughnut Design for Business—membantu perusahaan mengidentifikasi ide-ide paling ambisius dan transformatif yang selama ini terhambat oleh desain bisnis mereka saat ini.

Transformasi dimulai dengan Tujuan. Tujuan bisnis harus bergeser dari sekadar memaksimalkan keuntungan finansial menjadi melayani dunia, selaras dengan kebutuhan manusia dan kelestarian Bumi. Misalnya, perusahaan harus menghentikan lini produk yang secara inheren berbahaya bagi kesehatan manusia atau planet, meskipun produk tersebut menguntungkan. Perusahaan pakaian outdoor Patagonia menunjukkan pergeseran ini dengan memindahkan saham yang mengendalikan perusahaan ke Patagonia Purpose Trust, yang secara eksplisit bertujuan untuk melindungi nilai-nilai perusahaan dan mengalihkan keuntungan untuk memerangi krisis lingkungan. Tujuan yang jelas dan terkunci secara kelembagaan melalui lapisan desain lain, seperti yang dilakukan oleh Ecosia yang menggunakan steward ownership untuk melindungi privasi pengguna dan tujuan penanaman pohonnya, akan memastikan komitmen jangka panjang.
Lapisan kedua, Jejaring, berfokus pada cara bisnis menjalin hubungan dalam rantai nilai dan dengan para pemangku kepentingan. Desain distributif menuntut alih-alih hubungan komoditas jangka pendek yang hanya didasarkan pada harga, perusahaan membangun kemitraan yang etis dan berkomitmen jangka panjang dengan pemasok. Hal ini mencakup komitmen untuk membayar harga yang memungkinkan upah yang layak (living wage) dan praktik pertanian regeneratif, seperti yang dicontohkan oleh model perdagangan adil (fair trade). Selain itu, perusahaan didorong untuk bergabung dengan jaringan bisnis progresif yang secara aktif mengadvokasi regulasi yang mendukung transformasi regeneratif dan distributif, alih-alih melobi pemerintah untuk menentangnya.
Tata Kelola menentukan siapa yang memiliki kekuasaan dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan. Dalam model Donat, ini berarti meruntuhkan model dominan yang hanya fokus pada shareholder primacy. Tata kelola yang direvisi dapat mencakup representasi multi-pemangku kepentingan di tingkat dewan—seperti perwakilan pekerja, pemasok, atau bahkan alam itu sendiri, untuk menyeimbangkan tujuan ekologis, sosial, dan finansial. Transparensi penuh atas dampak tercermin dalam metrik keberlanjutan yang dipilih, serta penggunaan insentif manajemen yang menghargai dampak sosial dan ekologis, sangat penting untuk memastikan keputusan sehari-hari sejalan dengan tujuan regeneratif dan distributif.
Kepemilikan mengacu pada siapa yang memiliki bisnis dan sejauh mana mereka dapat mengubah tujuan yang dimaksudkan. Model Ekonomi Donat mendorong diversifikasi model kepemilikan menjauhi model ekstraktif—seperti modal ventura atau pasar saham—dan menuju model generatif, seperti kepemilikan oleh pekerja, koperasi, atau steward ownership. Model-model ini secara struktural melindungi tujuan sosial dan ekologis perusahaan, seringkali melalui saham non-dividen yang memegang hak veto.
Terakhir, Keuangan—seringkali merupakan penghalang terbesar dalam mencapai tujuan keberlanjutan—harus direkayasa ulang untuk benar-benar melayani Tujuan (finance serving Purpose) bukan malah menjadi tujuan maksimalisasinya dalam jangka pendek seperti yang selama ini terjadi. Hal ini dapat dicapai melalui margin yang fleksibel untuk projek-projek berdampak tinggi, batas dividen (dividend caps) untuk memungkinkan reinvestasi internal dalam ide-ide regeneratif, atau penggunaan pembiayaan yang berfokus pada hasil jangka panjang, daripada sekadar mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek. Contohnya, Breedweer, perusahaan jasa kebersihan, menggunakan batas dividen dan kebijakan reinvestasi keuntungan sebesar 50% untuk memastikan penciptaan manfaat sosial yang berkelanjutan. Redesain keuangan juga berarti mendukung investasi di aset transformatif, seperti energi terbarukan dan manufaktur sirkular, alih-alih mengejar spekulasi.
Jelas, manfaat yang diperoleh perusahaan dari adopsi Ekonomi Donat, yang terwujud melalui desain mendalam ini, bersifat transformasional dan terukur, jauh melampaui kepatuhan normatif atau penyesuaian praktik dengan kebanyakan standar atau kerangka keberlanjutan. Menurut saya, ada beberapa manfaat yang sangat nyata bagi perusahaan yang bersungguh-sungguh memanfaatkannya.
Pertama, peningkatan resiliensi dan viabilitas bisnis dalam jangka panjang. Dengan mengintegrasikan batasan ekologis sebagai batasan operasional yang absolut, perusahaan mengurangi risiko terhadap rantai pasokan dan operasi mereka dari krisis iklim dan kelangkaan sumberdaya. Desain yang distributif, misalnya melalui kepemilikan pekerja atau kemitraan pemasok jangka panjang, akan menciptakan loyalitas dan stabilitas di tengah gejolak ekonomi. Hal ini memastikan bahwa bisnis memiliki social license to operate hingga jauh di masa depan.
Kedua, inovasi transformatif dan keunggulan kompetitif. Kerangka Donat secara eksplisit mendorong perusahaan untuk beralih dari model industri linear yang degeneratif (ambil, buat, pakai, buang) menjadi model regeneratif dan sirkular. Konsep seperti open source circular economy dan desain biomimikri (meniru alam) menunjukkan bagaimana inovasi sesungguhnya dapat mencapai regenerasi penuh, di mana limbah sama saja artinya dengan makanan (waste equals food), dan produk dirancang untuk siklus pemulihan teknis dan biologis yang tak ada habisnya. Mengembangkan dan mengimplementasikan ide-ide yang ambisius ini—seperti Green Direct Investing yang berfokus pada pengembalian finansial dari perusahaan dengan pertumbuhan rendah/nol—akan menciptakan keunggulan kompetitif baru yang tidak hanya berorientasi pada penurunan biaya.
Ketiga, menjadi bagian langsung dari upaya penciptaan dampak sistemik. Adopsi kerangka Donat memosisikan bisnis sebagai agen perubahan sistemik yang bekerja untuk mengatasi krisis global secara kolektif. Penggunaan model visual Ekonomi Donat yang ringkas dan didukung data memfasilitasi dialog terstruktur dan pemikiran sistemik di antara beragam pemangku kepentingan. Ini memungkinkan perusahaan berkolaborasi dengan pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil untuk mengadvokasi perubahan regulasi dan kebijakan yang lebih luas, seperti pengalihan pajak dari tenaga kerja ke cukai atas pemanfaatan sumberdaya yang tidak terbarukan. Dengan demikian, perusahaan menjadi bagian dari solusi global, memerkuat legitimasi mereka di mata publik, pekerja, dan investor yang sadar akan dampak sosial-ekologis.
Sebagai penutup, saya mau menegaskan bahwa Ekonomi Donat jelas bukan hanya teori ekonomi biasa. Ekonomi Donat adalah lensa transformatif dan kerangka yang mendesak bagi siapapun, termasuk perusahaan, yang ingin memastikan kelangsungan hidup dan relevansi mereka di abad ke-21. Dengan secara sadar merekayasa ulang Tujuan, Jaringan, Tata Kelola, Kepemilikan, dan Keuangan perusahaan agar menjadi regeneratif dan distributif sejak dalam desainnya, mereka dapat bergerak dari sekadar bertahan di bawah tekanan pasar yang destruktif, menuju berkembang dalam SJS. Di dalam SJS keuntungan perusahaan dan kesejahteraan manusia berkelindan sepenuhnya dengan kesehatan Bumi. Tantangan bagi para pemimpin perusahaan terletak pada keberanian untuk meninggalkan pola pikir pertumbuhan tak terbatas yang sudah usang dan membahayakan, dan merangkul ambisi untuk menciptakan nilai holistik yang sesungguhnya.
Depok, 25 Oktober 2025

