Pertimbangan Urgensi dan Implementasi ESG di Pertambangan
Social Investment Roundtable Discussion (SIRD) Series #35 bulan Juni 2022 ini hadir pada tanggal 24 lalu. Mengangkat tema “ESG di Sektor Pertambangan: Pertimbangan Urgensi dan Implementasi”, diskusi menampilkan tiga pembicara yang berperan aktif pada aktifitas pertambangan di Indonesia.
Sebagai narasumber yaitu Binahidra Logiardi, VP Sustainability – Mining Industry Indonesia; Mardian Marsono, Transformation Manager – ESG – PT Petrosea Tbk, dan Jalal, Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia.
Sektor pertambangan memiliki kontribusi signifikan dalam meningkatkan pendapatan. Namun, dianggap sebagai industri yang berkontribusi besar pada degradasi lingkungan. Mudah menemukan contoh tata kelola yang kurang baik di pertambangan, sukar mendapatkan studi kasus yang patut dijadikan teladan. Kini, perlahan, sektor ini turut serta menjalankan operasional perusahaan yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip ESG.
Kinerja ESG untuk Masa Depan Berkelanjutan
Sesi pertama disampaikan oleh Binahidra Logiardi dari Mining Industry Indonesia (MIND ID). Sebagai hold co-mining company di Indonesia, MIND ID terdiri dari beberapa anggota perusahaan tambang yang tersebar di beberapa titik di Indonesia, yang terdiri dari 18 provinsi wilayah operasi.
Banyak yang melihat sektor mining ini sebagai dua sisi mata uang, satu sisi mengharapkan industri pertambangan bertanggungjawab tapi di sisi lain mengharapkan menghasilkan hasil tambang sebagai transisi ekonomi pembangunan lebih berkelanjutan ke depan.
Para pemangku kepentingan melihat industri pertambangan memiliki banyak potensi melakukan banyak hal yang tidak diharapkan/tidak bertanggungjawab. Dikarenakan lokasinya yang biasanya remote, aktivitasnya yang masif dan sering bersinggungan dengan isu lingkungan serta sosial, sehingga regulasinya makin diperketat.
Menurut Binahidra, dari sudut pandang lain MIND ID melihat bahwa ESG ini lebih fokus digunakan oleh para Investor atau industri keuangan apakah investasinya merupakan investasi yang bertanggungjawab. Sehingga ESG rating digunakan sebagai salahsatu penilaian investasi yang menentukan apakah mereka akan berinvestasi atau tidak.
Adopting ESG in the Operation through Transformation in Digitalisation and Data Stewardship
Mardian Marsono membahas sesi kedua mengenai peran PT Petrosea Tbk pada operasi bisnis industri pertambangan di Indonesia. Tahun ini Petrosea berusia 50 tahun, saat ini menjadi bagian dari Indika Energy dan menjadi salahsatu perusahaan di bawah naungan World Economic Forum menghadirkan inovasi dan transformasi yang memberikan dampak positif bagi keberlanjutan perusahaan.
Mardian menyebutkan bahwa sustainability menjadi destrupsi bagi perusahaan. Komitmen perusahaan bagaimana upaya untuk mengoptimalkan produksi untuk mendukung dalam keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi emisi.
Petrosea mengoptimalkan data digital untuk ESG, dengan adanya aplikasi maintenance untuk yang memiliki kendaraan di rumah agar bisa lebih awal melihat kondisi masing-masing unit kita jika ada masalah. Sehingga semakin dini kita bisa ngecek isu atau masalah kendaraan yang kita miliki maka semakin cepat kita bisa melakukan perbaikannya dan membantu untuk memperpanjang masa pakainya.
Ekstraksi Sumberdaya Alam: Antara Destruksi dan Kreasi Nilai (Resensi Buku The Anthropology of Resource Extraction, D’Angelo dan Pijpers)
Sesi ketiga merupakan resensi buku yang berjudul “Resensi Buku The Anthropology of Resource Extraction, D’Angelo dan Pijpers“ yang dibahas oleh Jalal. Beliau menyatakan bahwa buku ini sangat penting dibaca oleh mereka yang bekerja di perusahaan perusahaan ekstraktif, termasuk pertimbangan, serta para pemangku kepentingannya. Kritisme para penulisnya penting untuk disikapi sebagai undangan untuk terus memerbaiki kinerja ESG dan keberlanjutan perusahaan ekstraktif, termasuk dengan memertanyakan paradigma keberlanjutan yang dianut perusahaan.
Industri ekstraktif perlu terus menerus disorot kinerjanya oleh seluruh pemangku kepentingan, terutama karena perannya semakin penting dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon. Bantuan pemangku kepentingan terhadap industri ekstraktif yang bersedia mengubah dirinya perlu dilakukan tanpa kehilangan kritisisme sebagaimana yang ditunjukkan oleh para antropolog (dan mereka yang berlatar belakang ilmu sosial dan lingkungan) yang telah membantu perusahaan dari dalam maupun luar.
Perusahaan ekstraktif perlu terus memerbaiki diri untuk memastikan bahwa mereka bukan sekadar mengekstraksi atau bahkan mendestruksi nilai , melainkan benar benar menciptakan nilai buat seluruh pemangku kepentingannya, bahkan untuk seluruh sistem dengan pembuktian penciptaan nilai yang handal.
Untuk itu, mereka yang berada di perusahaan ekstraktif, dimulai dari CEO nya, harus mengasumsikan dirinya memimpin (dan bertanggung jawab atas) ekosistem, bukan sekadar memimpin perusahaan atau bagian tertentu dari perusahaan saja.
Sesi terakhir ditutup dengan tanya jawab, banyak peserta yang antusias untuk bertanya melalui kolom chat. Namun karena keterbatasan waktu, jadi untuk masing-masing narasumber hanya menjawab tiga penanya terpilih saja. Saking antusiasnya, sampai-sampai ada beberapa peserta yang selalu mengikuti SIRD di tiap seriesnya.
Bagi rekan-rekan yang ingin mengunduh materi presentasinya, dapat mengunjungi link berikut: https://socialinvestment.id/download/materi-presentasi-sird-35-esg-di-sektor-pertambangan-pertimbangan/.Nantikan acara SIRD selanjutnya yang akan diinformasiken kembali pada menu agenda di website ini.
Tinggalkan Balasan