Bogor, 3 Mei 2025 – Social Investment Indonesia (SII) bekerja sama dengan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) IPB University sukses menyelenggarakan pelatihan “Pengukuran Dampak Program Investasi Sosial Menggunakan Metode Social Return on Investment (SROI)” pada 25–26 April dan 3 Mei 2025. Pelatihan ini diikuti oleh lebih dari 30 mahasiswa lintas fakultas IPB University sebagai bagian dari upaya menumbuhkan kapasitas generasi muda dalam mengukur dampak program investasi sosial secara sistematis dan kuantitatif.
Pelatihan ini bertujuan membekali mahasiswa dengan kemampuan teknis dan praktis dalam merancang, menganalisis, dan menyampaikan hasil program sosial berbasis metode SROI—sebuah pendekatan pengukuran dampak sosial yang kini menjadi standar penting di sektor swasta, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah.

Dalam sambutannya, Ketua Departemen SKPM IPB, Prof. Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si., menekankan pentingnya pelatihan ini bagi para mahasiswa. “Metode SROI kini menjadi standar penting dalam mengukur akuntabilitas dan keberlanjutan program sosial. Kami harap mahasiswa mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh karena keterampilan ini sangat relevan untuk menjawab tantangan dunia kerja,” ujarnya.
Hari Pertama (25 April 2025): Mengenal Dasar dan Prinsip SROI
Dalam sesi awal, Pak Purnomo menyampaikan pentingnya pendekatan pengukuran dampak dalam setiap program sosial dan bagaimana SROI sebagai metodologi unggulan mampu memberikan gambaran nilai sosial secara terukur, berbasis pada delapan prinsip utama yang dikembangkan oleh Social Value International. Peserta pelatihan diajak mendalami konsep input–output–outcome–impact, serta langsung berlatih membuat outcomes mapping yang menekankan keterhubungan aktivitas, dampak, dan pemangku kepentingan.

Pak Purnomo melanjutkan materinya dengan pemaparan The Principal of Social Values atau delapan prinsip yang digunakan dalam SROI. Peserta diajak memahami urgensi dari delapan prinsip SROI dan elaborasi dari setiap prinsip yang digunakan. Sesi selanjutnya menjelaskan tentang tahap perhitungan SROI, Scope dan Stakeholders. Peserta diajak memahami bagaimana menentukan batas-cakupan (scope) dalam SROI. Lalu mengidentifikasi pemangku kepentingan (stakeholders) program dan perannya dalam program.
Terakhir Peserta dibagi kedalam kelompok untuk melakukan Outcomes Mapping dengan mengidentifikasi outcome/dampak atas keseluruhan aktivitas program dan pemangku kepentingan (stakeholders). Peserta juga diminta agar mampu mendeskripsikan outcome program. Sesi ini ditujukan agar mahasiswa mampu menerjemahkan dampak sosial yang abstrak menjadi bentuk yang terukur dan relevan secara kontekstual.
Hari Kedua (26 April 2025): Praktik Pemetaan Stakholder dan Analisis Outcome

Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dengan sesi wrap-up materi hari pertama. Pada sesi ini, pemateri dari Social Investment Indonesia mengulas kembali poin-poin penting yang telah dibahas, khususnya konsep dasar dampak sosial, prinsip-prinsip SROI, serta identifikasi outcome dan stakeholder. Tujuan dari sesi ini adalah untuk memastikan seluruh peserta memiliki pemahaman yang kuat sebelum masuk ke materi teknis yang lebih mendalam.
Setelah sesi pembukaan, peserta langsung masuk ke materi Indikator Kuantitatif dan Kuantifikasi Materialitas. Pada sesi ini, peserta dibimbing untuk memahami pentingnya mengidentifikasi dan merumuskan indikator kuantitatif sebagai alat ukur kunci dalam penghitungan dampak. Peserta diajak untuk menyusun indikator yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART indicators) terkait dengan outcome program. Selain itu, peserta diperkenalkan pada konsep kuantifikasi outcome, yaitu proses mengukur hasil-hasil nyata dari sebuah aktivitas sosial secara numerik.

Selanjutnya, peserta mendalami metode pengujian materialitas dampak, yakni proses untuk menentukan dampak mana yang paling signifikan dan perlu dimasukkan dalam analisis SROI. Dalam sesi ini, dijelaskan bagaimana menguji seberapa besar, penting, dan berpengaruhnya suatu dampak terhadap pemangku kepentingan. Pendekatan terhadap pengukuran kejadian, jumlah kejadian, serta sumber data juga dibahas untuk memperkuat validitas hasil analisis.
Pelatihan dilanjutkan dengan topik Pendekatan Monetisasi (Financial Proxy). Peserta dikenalkan pada konsep financial proxy, yaitu metode untuk menerjemahkan dampak sosial yang bersifat kualitatif ke dalam nilai moneter. Hal ini penting untuk memungkinkan perbandingan nilai antara investasi yang dilakukan dan dampak yang dihasilkan. Para peserta dilatih memilih proxy yang kredibel dan sesuai dengan konteks lokal, berdasarkan data pasar, studi literatur, atau konsultasi dengan para ahli.
Seusai istirahat, pelatihan dilanjutkan dengan materi lanjutan tentang monetisasi. Pada sesi ini, peserta mulai diajak untuk melakukan fiksasi dampak, yaitu proses menyesuaikan nilai dampak dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti deadweight (apa yang akan terjadi tanpa intervensi program), attribution (seberapa besar kontribusi program terhadap hasil), dan displacement (adakah hasil yang hanya menggantikan kegiatan lain).
Hari Ketiga (3 Mei 2025): Presentasi Akhir dan Evaluasi Kompetensi
Tahap berikutnya adalah menghitung present value dari dampak sosial, menggunakan pendekatan discount rate untuk mengkalkulasi nilai kini dari manfaat-manfaat yang terjadi di masa depan. Peserta kemudian mempraktikkan penghitungan nilai akhir SROI, yaitu rasio antara total nilai manfaat bersih sosial terhadap total investasi yang dilakukan. Materi hari kedua ini menjadi pondasi penting sebelum peserta mempresentasikan hasil simulasi analisis mereka pada sesi hari ketiga.

Pada hari penutupan, peserta mempresentasikan hasil analisis SROI dari studi kasus masing-masing. Mereka menyusun sistematika laporan dampak sosial, termasuk strategi komunikasi kepada pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah dan lembaga pendanaan. Kegiatan ditutup dengan post-test sebagai evaluasi peningkatan pemahaman peserta, serta pemberian skor SROI sebagai indikator kompetensi yang telah dicapai.
Membangun Generasi Muda Profesional Sosial

Pelatihan ini mempertegas komitmen Social Investment Indonesia dalam mendorong kapasitas generasi muda untuk memahami investasi sosial secara ilmiah dan berbasis bukti. “Melalui pendekatan SROI, kami ingin mahasiswa tidak hanya berpikir idealis, tetapi juga mampu membuktikan nilai sosial melalui data dan analisis yang kuat,” ujar perwakilan SII.
Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan antara dunia pendidikan dan praktisi investasi sosial untuk mencetak profesional muda yang mampu merancang, mengimplementasikan, dan mengukur program sosial secara akuntabel dan berdampak.
[RCI]
Rilis ini juga diposting pada link berikut: https://skpm.ipb.ac.id/skpm-dan-sii-mengukur-dampak-program-melalui-pelatihan-sroi-untuk-mahasiwa/


