Oleh: Jalal
Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia
Pada tanggal 4 Juli 2025, dalam acara Social Investment Roundtable Discussion (SIRD) ke-81 yang mengusung tema “Refleksi atas Laporan Sustainable Development 2025: Optimalisasi Pembiayaan untuk Pembangunan Berkelanjutan“, sebuah resensi buku berjudul Sustainable Finance for Sustainable Development [Aras, ed., 2025] karya Professor Güler Aras dan diterbitkan oleh Routledge tahun 2025 disajikan sebagai pemantik diskusi yang mendalam. Sustainable finance atau keuangan berkelanjutan kian menjadi perhatian seiring dunia menghadapi tantangan pembangunan dan perubahan iklim yang mendesak. Pembaca diajak menelaah bagaimana teori dan praktik keuangan berkelanjutan dapat mendorong tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia dan dunia.
Memaknai Keuangan Berkelanjutan
Buku ini menegaskan bahwa keuangan berkelanjutan bukan hanya soal mencapai keuntungan finansial, namun juga mesti mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG/Environmental, Social, and Governance). Dalam konteks global, keuangan berkelanjutan berperan sentral dalam transisi menuju ekonomi yang tangguh, rendah karbon, dan berorientasi masa depan. Ekosistem keuangan yang mulai mengintegrasikan ESG meliputi institusi keuangan, regulator, investor institusional hingga perusahaan private equity, membangun landasan untuk inovasi instrumen seperti obligasi hijau, obligasi sosial, serta pasar karbon. Inovasi-inovasi ini menjadi solusi krusial terhadap tantangan pembiayaan pembangunan berkelanjutan, terutama mengatasi kendala kesenjangan dana pelaksanaan SDGs yang mencapai triliunan dolar per tahun di negara berkembang.
Jembatan Teori dan Praktik: Respons Sektor Keuangan
Salah satu keunikan buku ini adalah kemampuannya menjembatani perkembangan teori dengan dinamika praktik. Bab-bab awal menyusun pondasi tentang mekanisme keuangan berkelanjutan, inklusi perbankan, serta evaluasi efektivitas instrumen dan pasar. Beragam studi kasus, analisis implementasi di negara maju dan berkembang, serta praktik terbaik internasional diulas secara runtut. Peran perbankan dinilai sangat vital, sebagai saluran utama penyalur dana publik ke sektor-sektor ramah lingkungan dan inklusif. Bank diwajibkan secara proaktif mengintegrasikan SDGs dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk menerapkan insentif dan penalti berbasis kinerja keberlanjutan nasabah mereka. Studi di Turkiye mengungkap prioritas bank pada SDG4 (pendidikan), SDG7 (energi bersih), SDG8 (pertumbuhan ekonomi), SDG9 (inovasi industri), dan SDG13 (aksi iklim) sebagai contoh nyata orientasi pembangunan jangka panjang dan inklusi keuangan.
Di sisi lain, transformasi investasi di sektor private equity juga mengalami perubahan paradigma fundamental. Investor kini menuntut penilaian ESG sebagai syarat utama investasi, tidak lagi sekadar formalitas. Penetapan persyaratan ESG telah menjadi standar baru dalam uji tuntas (due diligence), menuntut transparansi dan data kuantitatif yang lebih detail namun juga membuka tantangan terkait kualitas data dan potensi greenwashing. Hal ini menjadi catatan penting bahwa keuangan berkelanjutan bukan sekadar slogan, melainkan mustahil berhasil tanpa adaptasi sistem tata kelola transparan dan pengawasan yang andal.
Tren Global, Regulasi, dan Greenwashing
Masalah utama dalam perkembangan keuangan berkelanjutan yakni lemahnya standardisasi pengukuran dan pelaporan ESG antar negara maupun institusi. Kekurangan standar global menyebabkan kualitas data bervariasi dan menyulitkan investor membandingkan kinerja keberlanjutan antara entitas. Situasi ini membuka ruang praktik greenwashing, di mana perusahaan mengklaim diri berkelanjutan hanya untuk membangun citra, padahal kontribusi nyatanya minim. Buku ini memberikan perhatian mendalam pada regulasi seperti Taxonomy Hijau Uni Eropa, Sustainable Finance Disclosure Regulation (SFDR), Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD), serta perkembangan sistem klasifikasi nasional di negara lain, menyoroti urgensi pencegahan greenwashing lewat pembakuan definisi dan sanksi yang tegas.
Para pembaca juga diajak merenungi kompleksitas penerapan regulasi baru di sektor korporasi, khususnya meningkatnya beban birokrasi dan kebutuhan transformasi fungsi audit internal bank. Evolusi audit kini menuntut adopsi teknologi digital, big data, dan kecerdasan buatan untuk mengelola risiko-risiko baru yang muncul, sambil memastikan proses penjaminan dan pelaporan menjadi lebih tepercaya serta efisien. Dunia usaha, khususnya bank, dituntut berbenah agar dapat memanfaatkan peluang inovasi ini guna menciptakan nilai berkelanjutan tidak hanya bagi institusi, melainkan masyarakat luas.
Evolusi Pelaporan Keberlanjutan dan Peran Investor
Fokus lain yang diulas secara kritis adalah dinamika pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) sebagai alat komunikasi dampak sosial dan lingkungan perusahaan. Transisi besar terjadi dari pelaporan CSR yang bersifat sukarela menjadi pelaporan ESG yang bersifat wajib, dengan standar dan verifikasi eksternal yang lebih ketat. Investor institusional, yang menguasai lebih dari 60% saham di perusahaan besar, diharapkan aktif menuntut keterbukaan dan akuntabilitas. Namun, skeptisisme terhadap reliabilitas data dan potensi bias masih menjadi kendala, didorong oleh beragam hasil penelitian empiris terkait dampak nyata pelaporan ESG terhadap kinerja finansial dan sosial perusahaan.
Masa Depan Keuangan Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang
Buku ini diakhiri dengan refleksi atas tantangan masa depan, di mana perubahan lanskap risiko akibat krisis iklim menggeser definisi risiko finansial. Rating agensi kini memasukkan risiko berbasis ESG sebagai penentu penting dalam investasi dan penilaian perusahaan. Seluruh ekosistem aktor keuangan menyadari potensi risiko dan peluang keberlanjutan, namun kolaborasi lintas sektor dan perlindungan terhadap keadilan iklim masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Kesenjangan pendanaan untuk SDGs tetap melebar; dibutuhkan inovasi instrumen pembiayaan, misalnya blended finance, yang dapat menyediakan skema yang terjangkau bagi negara-negara berkembang.
Dalam konteks Indonesia, pembelajaran dari buku ini sangat relevan sebagai rujukan bagi regulator, pebisnis, investor, hingga akademisi dalam memperkuat respons kebijakan, investasi, dan inovasi menuju ekosistem keuangan yang benar-benar berkelanjutan. Buku ini adalah bacaan yang wajib di tengah upaya optimalisasi pembiayaan pembangunan berkelanjutan nasional serta sebagai bagian advokasi publik menuju pembangunan yang inklusif dan berkeadilan iklim.
Tonton video paparan resensi buku berikut:











