Belajar Mengelola Isu-isu Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi
Social Investment Roundtable Discussion (SIRD) Series #34 bulan Mei 2022 ini hadir pada tanggal 27 lalu. Mengangkat tema “Keragaman dan Inklusi dalam Perusahaan: Menumbuhkan Keterwakilan, Membangun Keberlanjutan”, diskusi menampilkan tiga pembicara yang berperan aktif dalam isu keragaman dan inklusi di Indonesia.
Keragaman dan inklusi adalah dua konsep yang saling berhubungan. Menghargai keragaman merupakan salah satu prasyarat menjadi perusahaan inklusif. Keberagaman, percaya atau tidak, dapat mempererat persatuan. Tidak terkecuali di lingkungan kerja, keberagaman dapat menumbuhkan berbagai potensi positif pada pertumbuhan perusahaan.
Sebagai narasumber yaitu Farhan Helmy, Presiden Pergerakan – DILANS Indonesia; Sita Supomo, Gender Reader – Thamrin School for Sustainability and Climate Change, dan Jalal, Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia.
(Eks/In)klusi Sosial dan ESG: Beberapa Catatan Reflektif
Menurut Farhan, penyandang disabilitas sebelum adanya krisis yang lain sudah mengalami soal dalam kehidupan publik. Menurutnya yang sebagai penyandang disabilitas, ketika suatu kebijakan tidak ditreatment secara holistik dan komperhensif maka selalu menimbulkan ekses. Treatment inklusi di Perusahaan tidak secara parsial.
Jika dilihat dalam konteks kebijakan (publik, pembangunan sosial, ekonomi), dapat meminimalirisir resiko individu, mempertahankan satus sosial-ekonomi dan melindungi kelompok rentan. Ada konstruksi sosial yang perlu diperdebatkan mengenai fasilitas yang memudahkan akses penyandang disabilitas, yang kadang menyulitkan aksesnya. Maka jangan membuat kebijakan untuk disabilitas tanpa melibatkan mereka dalam membuat kebijakannya.
Keragaman dan Inklusi dalam Perusahaan
Sesi kedua membahas mengenai pentingnya menghargai keberagaman dan inklusi dalam perusahaan. Kita masyarakat yang bergam, dari segi bahasa, etnis, agama, gender, persfektif sudut pandang, sehingga terjadi kompleksitas dalam segi iklusi di dunia kerja. Suara mereka biasanya jadi lebih didengar dari pada pegawai lainnya. Keberagaman ini berkolerasi positif dengan produktivitas.
Inklusi menukik lebih dalam seberapa baik kebijakan yang dihadirkan dari perusahaan untuk kenyamanan karyawannya. Hal tersebut bisa berdampak positif bagi para karyawan yang lainnya juga.
Sebagai contoh penerapan fasilitas inklusifitas di dunia kerja, dengan menyediakannya ruangan meeting kecil untuk mendukung kegiatan yang butuh menyendiri jauh dari hingar bingar agar ide-idenya dapat tersalurkan, atau menyediakan ruangan yang tidak terlalu terang bagi pekerja yang mengalami gangguan penglihatan karena cahaya berlebih. Adanya fasilitas yang mendukung inklusifitas di tempat kerja akan meningkatkan rasa kepedulian karyawan terhadap perusahaan.
Belajar Mengelola Isu-isu Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi dari Simon Fanshawe (Resensi Buku The Power of Difference)
Sesi ketiga merupakan resensi buku yang berjudul “The Power of Difference” yang dibahas oleh Jalal, dimulai dengan konteks dan relevansi buku Simon Fanshawe. Kemudian beliau mengutip isi buku yang menurutnya menarik. Di bagian akhir, Jalal menyatakan kekuatan buku ini, yang membuatnya dengan senang hati merekomendasikan siapa saja yang ingin melihat organisasi tempat mereka terlibat, terutama perusahaan, menjadi lebih setara dan inklusif untuk membaca buku ini dan menerapkan rekomendasi-rekomendasi kuatnya.
Berikut lima kekuatan buku Fanshawe:
- Menceritakan pengalaman pribadi Fanshawe dalam organisasi sosial (Stonewall) dan konsultan (Diversity by Design) yang didirikannya, serta posisinya sebagai anggota board berbagai perusahaan, membuat buku ini relevan untuk aktivis, konsultan, maupun manajer.
- Memanfaatkan sangat banyak cerita menarik. Misalnya: pendirian West-Eastern Divan Orchestra oleh Daniel Barenboim (pianis Israel) dan Edward Said (intelektual Palestina) untuk mengetahui bagaimana orang-orang dengan latar belakang yang beragam (bahkan berkonflik) dapat dipersatukan oleh tujuan organisasi.
- Menggunakan hasil-hasil penelitian mutakhir dari bidang lain yang relevan. Misalnya: penelitian Daniel Kahneman yang menghasilkan buku Thinking Fast and Slow. Thinking Fast (System 1) kerap berisi banyak bias, sementara Thinking Slow (System 2) lebih terjaga dari berbagai bias walau tak bisa sepenuhnya bisa bebas darinya.
- Menyajikan banyak statistik mutakhir yang sangat membantu memahami persoalan dan solusi terkait keragaman, kesetaraan dan inklusi.
- Mengakhiri setiap bab dengan kotak kesimpulan dan saran yang bernas.
Bagi rekan-rekan yang ingin mengunduh materi presentasinya, dapat mengunjungi link berikut: https://socialinvestment.id/downloads/materi-sird-34-keragaman-dan-inklusi-dalam-perusahaan/ .Nantikan acara SIRD selanjutnya yang akan diinformasiken kembali pada menu agenda di website ini.