← Seluruh

Pelaksanaan SIRD Goes to Campus di IPB University, Inovasi Investasi Sosial menjadi Fondasi Pembangunan Desa Tangguh dan Berkelanjutan

[debug_author_post]

Daftar Isi

Bogor, 5 Juni 2025 – Social Investment Indonesia (SII) berkolaborasi dengan Departemen Sosiologi Pedesaan dan Pembangunan Masyarakat (SKPM) IPB University melalui kegiatan Social Investment Roundtable Discussion (SIRD) Goes to Campus #3 sukses menyelenggarakan diskusi panel bertajuk “Inovasi Investasi Sosial untuk Pembangunan Desa yang Tangguh dan Berkelanjutan” pada Kamis, 5 Juni 2025. Bertempat di Ruang Kuliah B1, Departemen SKPM, IPB University, acara ini menghadirkan beragam perspektif dari para ahli dan praktisi, menegaskan peran krusial investasi sosial sebagai motor penggerak pembangunan desa.

Acara ini dihadiri oleh dosen-dosen Departemen SKPM IPB, mahasiswa SKPM peminatan Sosiologi Pedesaan dan Pembangunan Masyarakat (SPPM), perwakilan instansi/perusahaan, serta masyarakat umum yang antusias terhadap isu pembangunan desa. Diskusi mendalam ini mengupas tiga fokus utama yang menjadi pilar investasi sosial berkelanjutan.

 

Peran dan Kerja Sama Perusahaan dalam Pengembangan Masyarakat

Dr. Ivanovich Agusta dari IPB University menggarisbawahi pentingnya kolaborasi pentahelix (akademisi, perusahaan, pemerintah, masyarakat, dan media) untuk mewujudkan dampak pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Beliau menegaskan bahwa inovasi sosial memerlukan keberanian, kerja sama lintas sektor, serta pengukuran dampak sosial yang partisipatif. “Masih banyak tugas kita untuk menemukan indikator pembangunan, terutama bagi golongan bawah yang kerap luput dari perhatian,” kata Dr. Ivanovich Agusta, mengingatkan akan tanggung jawab bersama untuk masyarakat yang lebih adil.

 

Fokus Kebijakan dalam Investasi Sosial untuk Pembangunan Desa

Kemal A. Massi dari Medco E&P Natuna memaparkan bagaimana korporasi dapat menjalankan investasi sosial yang selaras dengan kebijakan pembangunan pemerintah di berbagai level. Program-program seperti balai benih ikan, ketahanan pangan, dan sanitasi lingkungan menjadi bukti nyata efektivitas kebijakan perusahaan dalam meningkatkan kapasitas desa. “Apa yang kita kerjakan hari ini akan membawa perubahan esok hari. Investasi sosial adalah seperti menanam, yang hasilnya bisa kita petik. Maka jangan takut untuk mulai berinvestasi,” tegas Kemal A. Massi, menginspirasi para peserta untuk berani memulai.

 

Investasi Sosial sebagai Model Bisnis untuk Pengembangan Masyarakat

Gita Syahrani dari Koalisi Ekonomi Membumi menyoroti urgensi pembangunan bioekonomi berbasis gotong royong dari hulu hingga hilir, dengan menempatkan desa sebagai aktor utama dalam rantai nilai komoditas strategis seperti kakao, bambu, dan hasil hutan bukan kayu. Ia mencontohkan keberhasilan Agrihub di Bali yang menunjukkan bagaimana investasi sosial dapat meningkatkan kualitas produk, memperluas akses pasar, dan pada akhirnya, menyejahterakan petani. “Kalau ada satu hal yang membuat saya sendiri tetap percaya dan harus bergerak, it’s always remembered your way,” ujar Gita Syahrani, menekankan pentingnya menjaga visi dalam setiap langkah.

 

Kegiatan ini menegaskan bahwa investasi sosial bukan hanya sekadar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, melainkan telah berevolusi menjadi strategi pembangunan berkelanjutan yang berakar pada komunitas. Keberhasilan inisiatif ini sangat bergantung pada kemitraan yang setara antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat desa. Kunci utama keberhasilannya terletak pada keberanian untuk berinovasi, kemampuan untuk memahami kebutuhan lokal, dan komitmen jangka panjang terhadap perubahan positif. Melalui pendekatan kolaboratif dan inklusif ini, desa berpotensi besar untuk bangkit menjadi pusat kekuatan ekonomi baru yang lestari dan tangguh di masa depan. [RCI]