Oleh: Jalal
Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia
Pengembangan masyarakat (community development) telah lama menjadi bagian integral dari tanggung jawab sosial perusahaan, terutama di sektor ekstraktif seperti pertambangan, minyak, dan gas. Sektor ini sering kali beroperasi di daerah terpencil dengan masyarakat yang rentan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, ketika melakukan pengembangan masyarakat, sesungguhnya perusahaan tidak hanya bertanggung jawab untuk memastikan operasi mereka berjalan lancar, tetapi terutama harus berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar.
Dalam konteks ini, saya hendak berargumen bahwa tujuan utama dari pengembangan masyarakat oleh perusahaan (corporate community development) dapat dirangkum dalam empat tingkatan yang saling terkait dan saling menguatkan: kesejahteraan (wellbeing), kemandirian (self–reliance), ketangguhan (resilience), dan keberlanjutan (sustainability). Keempat tingkatan ini tidak hanya menjadi tujuan, tetapi juga proses yang saling mendukung dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik ketika kelak perusahaan sudah tidak lagi beroperasi di wilayah mereka tinggal dan bekerja.
Kesejahteraan adalah fondasi utama dari pengembangan masyarakat. Tanpa kesejahteraan yang memadai, sulit bagi masyarakat untuk mencapai tingkatan selanjutnya. Kesejahteraan mencakup pemenuhan aspek-aspek dasar seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap air bersih, sanitasi, dan kebutuhan pokok lainnya. Di sektor ekstraktif, perusahaan sering kali beroperasi di daerah dengan infrastruktur yang minim, sehingga kontribusi mereka dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui—termasuk namun tidak terbatas pada—perbaikan infrastruktur menjadi sangat krusial.
Ukuran kesejahteraan dapat dilihat dari berbagai indikator, seperti tingkat harapan hidup, angka kematian bayi, tingkat melek huruf, dan akses terhadap layanan kesehatan. Perusahaan dapat berkontribusi dengan membangun fasilitas kesehatan, menyediakan program pendidikan, atau meningkatkan akses terhadap air bersih. Namun, penting untuk memastikan bahwa program-program ini tidak bersifat karitatif semata, melainkan dirancang untuk memberdayakan masyarakat agar mereka dapat mengambil alih tanggung jawab tersebut di masa depan. Misalnya, program kesehatan tidak hanya menyediakan klinik, tetapi juga melatih tenaga kesehatan lokal untuk mengelola fasilitas tersebut.
Oleh karena itu, tanpa perlu menunggu seluruh kesejahteraan dasar terpenuhi, langkah berikut yang perlu dilakukan oleh perusahaan ekstraktif adalah menciptakan kemandirian. Kemandirian mengacu pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa bergantung pada bantuan eksternal secara terus-menerus. Di sektor ekstraktif, ketergantungan masyarakat pada perusahaan sering kali menjadi isu kritis. Jika perusahaan hanya memberikan bantuan tanpa membangun kapasitas lokal, masyarakat akan terus bergantung pada perusahaan, bahkan setelah operasi perusahaan berakhir, sehingga menyulitkan fase penutupan tambang atau migas.
Untuk mencapai kemandirian, perusahaan perlu fokus pada pengembangan kapasitas lokal. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan keterampilan, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), atau program pemberdayaan ekonomi lainnya. Misalnya, perusahaan dapat melatih masyarakat dalam bidang pertanian, kerajinan, atau jasa yang relevan dengan konteks lokal. Selain itu, perusahaan juga dapat memfasilitasi akses ke pasar yang lebih luas, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan masyarakat dapat bersaing di tingkat regional atau nasional.
Ukuran kemandirian dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi, jumlah usaha lokal yang berkembang, atau tingkat pengangguran yang menurun. Namun, kemandirian tidak hanya tentang ekonomi. Kemandirian juga mencakup aspek sosial dan politik, seperti kemampuan masyarakat untuk mengorganisasikan diri, membuat keputusan kolektif, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, perusahaan juga perlu semakin mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program pengembangan masyarakat.
Tingkat berikutnya, ketangguhan, adalah kemampuan masyarakat untuk bertahan dan pulih dari guncangan atau tekanan, baik yang bersifat alamiah seperti bencana alam, maupun yang disebabkan oleh manusia seperti konflik sosial atau perubahan ekonomi. Di sektor ekstraktif, ketangguhan menjadi sangat penting karena operasi perusahaan sendiri sering kali membawa perubahan besar pada lingkungan dan struktur sosial masyarakat. Misalnya, pembukaan tambang baru dapat mengubah pola penggunaan lahan, memengaruhi mata pencaharian lokal, atau bahkan memicu konflik sosial.
Untuk membangun ketangguhan, perusahaan perlu fokus pada penguatan kapasitas adaptif masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui program-program yang meningkatkan kesadaran akan risiko, membangun sistem peringatan dini, atau mengembangkan sumberdaya alternatif. Misalnya, perusahaan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan sistem pertanian yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, atau melatih masyarakat dalam manajemen bencana.
Ukuran ketangguhan dapat dilihat dari seberapa cepat masyarakat pulih setelah mengalami guncangan, atau seberapa baik mereka mampu memertahankan kesejahteraan mereka di tengah perubahan. Selain itu, ketangguhan juga dapat diukur dari tingkat kohesi sosial, yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerjasama dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan. Perusahaan dapat berkontribusi dengan memfasilitasi dialog antar-kelompok masyarakat, atau mendukung inisiatif lokal yang bertujuan untuk memerkuat solidaritas sosial.
Keberlanjutan adalah tujuan tertinggi dari pengembangan masyarakat. Keberlanjutan mengacu pada kemampuan masyarakat untuk memertahankan kesejahteraan, kemandirian, dan ketangguhan mereka dalam jangka panjang, tanpa mengorbankan sumberdaya alam atau hak-hak generasi mendatang. Di sektor ekstraktif, keberlanjutan menjadi tantangan besar karena operasi perusahaan sering kali berdampak negatif pada lingkungan, seperti deforestasi, polusi air, atau emisi gas rumah kaca.
Untuk mencapai keberlanjutan, perusahaan perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam program pengembangan masyarakat. Ini termasuk memastikan bahwa program-program mereka tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Misalnya, perusahaan dapat mengembangkan program energi terbarukan yang tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal. Logika yang sama juga penting dipergunakan ketika misalnya perusahaan meregenerasi hutan atau mendorong pertanian berkelanjutan.
Ukuran keberlanjutan dapat dilihat dari berbagai indikator, seperti tingkat penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan, kualitas lingkungan yang terjaga, atau tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depan mereka. Selain itu, keberlanjutan juga dapat diukur dari seberapa baik masyarakat mampu mengelola sumberdaya mereka sendiri, baik modal alam, sosial, manusia, ekonomi, maupun infrastruktur.
Keempat tingkatan ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan saling menguatkan. Kesejahteraan adalah fondasi yang memungkinkan masyarakat untuk mencapai kemandirian. Kemandirian, pada gilirannya, memerkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi tantangan. Ketangguhan kemudian menjadi dasar untuk mencapai keberlanjutan, yang memastikan bahwa semua manfaat pengembangan masyarakat dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam jangka panjang.
Sebagai contoh, program kesehatan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat berkontribusi pada kemandirian dengan melatih tenaga kesehatan lokal. Tenaga kesehatan ini kemudian dapat menjadi bagian dari sistem ketangguhan masyarakat, misalnya dengan menjadi relawan dalam situasi darurat. Akhirnya, jika program kesehatan ini dirancang dengan memertimbangkan keberlanjutan, seperti menggunakan sumberdaya lokal dan melibatkan partisipasi masyarakat, maka program tersebut dapat terus berjalan bahkan setelah perusahaan meninggalkan daerah tersebut.
Pengembangan masyarakat oleh perusahaan di sektor ekstraktif jelas bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan fokus pada empat tingkatan tujuan—kesejahteraan, kemandirian, ketangguhan, dan keberlanjutan—perusahaan dapat menciptakan dampak yang lebih holistik dan terus meningkat manfaatnya. Sekali lagi, keempat tingkatan ini tidak hanya menjadi tujuan yang terpisah, tetapi juga proses yang saling mendukung dalam membangun masyarakat yang semakin baik kondisinya. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam program mereka, perusahaan tidak hanya memenuhi tanggung jawab sosial mereka, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan sosial dan lingkungan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.